Saat TK, kami sangat menyukai album
Petualangan Sherina. Sewaktu kaset itu diputar, dia yang menyanyi sementara aku
menari balet.
Melihat bakat kami, Bunda
memutuskan untuk menyekolahkan kami di sekolah musik dan tari. Aku mengambil kelas
vokal dan gitar serta kelas balet, sedangkan dia mengambil kelas vokal dan
biola serta kelas tari internasional.
Kami bukanlah anak yang terlahir
di keluarga kaya raya. Suatu hari, kembaranku mendengar Bunda mengeluh bahwa
biaya sekolah kami mahal ditambah kami baru saja mendapat seorang adik. Kembaranku
pun berkata pada Bunda kalau dia akan keluar dari sekolah musik dan tari karena
ia masih bisa belajar denganku di rumah. Tapi, Bunda menolak permintaannya
tersebut.
Aku mendengarnya. Aku tidak setuju
jika kembaranku keluar karena aku takut bila harus menjalani semua sendirian.
Meski di sisi lain aku pun merasa kasihan dengan ayah bundaku. Setelah lama
berpikir, aku mengajak kembaranku untuk mencari uang.
Awalnya kami berjualan buah yang
kami petik dari pekarangan rumah sambil mengamen di pasar setiap minggunya.
Lalu, kami mulai membuat berbagai aksesoris dan menjualnya di sekolah. Sepertinya
kembaranku berbakat dalam hal mendesain karena dia memang suka menggambar.
Singkat cerita, bisnis kami
berkembang lumayan cepat. Kami memutuskan untuk membuka toko di mall. Rasanya
sangat menyenangkan ketika bisa menghasilkan uang sendiri untuk membayar biaya
sekolah, bahkan lebih dari yang pernah dibayangkan sebelumnya.
Aku semakin bersemangat untuk
terus belajar pelajaran sekolah, musik, tari, serta bisnis. Meskipun hal ini
benar-benar menyita waktu dan tenaga serta menguras otak, aku tetap berusaha
mengatur waktu dengan baik dan bersungguh-sungguh.
Setelah lumayan lama belajar
musik, kami mengikuti perlombaan demi perlombaan dan akhirnya berhasil mewakili
Indonesia dalam perlombaan internasional di Austria. Bangga sekali ketika kami
disebut sebagai salah satu pemenang kompetisi tersebut. Memang benar bahwa
usaha keras itu tak akan mengkhianati.
Aku mulai melirik bisnis di
bidang kuliner dan mulai merintis sebuah kafe bernuansa rumahan yang nyaman serta
dilengkapi dengan perpustakaan. Kembaranku banyak membantu terutama dalam hal
desain interior kafe, walau dia tetap lebih fokus dalam mengembangkan bisnis
terdahulu kami yang kini sudah menjadi sebuah butik.
Setelah lulus SMP, kembaranku
memilih untuk melanjutkan SMA di Paris sekalian kursus mode di sana karena dia
mempunyai ketertarikan besar terhadap dunia fashion dan berharap bisa menjadi
desainer kenamaan dunia. Sementara aku tetap tinggal di Indonesia untuk
mengurus bisnis di sini. Sebenarnya aku ingin ikut sekolah di sana karena aku
tidak terbiasa hidup terpisah dengan kembaranku. Tetapi, kurasa ini waktu yang
tepat bagiku untuk belajar mandiri. Rencananya, kami akan kuliah di Universität
für Musik und darstellende Kunst Wien (The University of Music and Performing
Arts Vienna) yang terletak di ibukota Austria.
Tiba-tiba terdengar lantunan lagu
Bye Bye dari Raisa Andriana. Itu bunyi alarmku. Tunggu, alarm? Aku langsung
terduduk di tempat tidur. Ternyata semua hanya mimpi. Kenyataannya aku tidak
mempunyai kembaran dan juga tidak bisa menari balet. Tidak pula mahir memainkan alat musik. Sepertinya, aku memang harus say bye bye dengan mimpi indahku itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar